Ditulis oleh: Mohammad Irsad, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog (Konselor HIV/AIDS)

Dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia tanggal 1 Desember 2019 dengan tema “Communities Make the Difference”. Tema ini menggambarkan bahwa komunitas berperan serta dan mendukung pemberian layanan HIV/AIDS, membela hak asasi manusia, mendampingi dan mendukung rekan-rekan mereka sesama ODHA (orang dengan HIV/AIDS).

Peran serta komunitas ini akan membantu pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit, maupun di Puskesmas agar upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS berjalan dengan baik menuju terwujudnya target Three Zero pada 2030, antara lain tidak ada lagi ada penularan infeksi baru HIV, kematian akibat AIDS, dan stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA masih menjadi hambatan utama karena menimbulkan ketakutan dan membuat masyarakat enggan untuk melakukan tes HIV/AIDS, rasa malu untuk memulai pengobatan, dan enggan untuk menerima pendidikan tentang HIV/AIDS. Stigma muncul karena ketidaktahuan masyarakat tentang informasi HIV yang benar dan lengkap, khususnya dalam mekanisme penularan HIV, kelompok orang berisiko tertular HIV dan cara pencegahannya termasuk penggunaan kondom. Stigma ini merupakan penghalang terbesar dalam pencegahan penularan dan pengobatan HIV.

Bentuk dari stigma antara lain penolakan dalam berbagai lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan merupakan bentuk stigma dan diskriminasi yang banyak terjadi. Stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang besar bagi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk kualitas hidup ODHA. Populasi berisiko merasa takut untuk melakukan tes HIV karena apabila terungkap hasilnya reaktif akan menyebabkan mereka dikucilkan. Orang dengan HIV positif merasa takut mengungkapkan status HIV dan memutuskan menunda untuk berobat apabila menderita sakit, yang akan berdampak pada semakin menurunnya tingkat kesehatan mereka dan penularan HIV tidak dapat dikontrol. Dampak stigma dan diskriminasi pada perempuan ODHA yang hamil akan lebih besar ketika mereka tidak mau berobat untuk mencegah penularan ke bayinya.

Pengertian HIV

Infeksi HIV merupakan jenis infeksi yang mempunyai berbagai hubungan dengan kehidupan antar manusia, sifat penularan virusnya adalah “Human” (antar manusia saja) berbeda dengan infeksi virus yang penularannya melalui hewan seperti nyamuk, unggas, babi, dan lainnya, yang di kenal dengan penyakit demam berdarah, flu burung, flu babi.

HIV adalah virus yang menyerang dan bertahap merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Seperti semua virus, HIV harus masuk sel lain untuk mereplikasi diri, dalam hal ini HIV memakai sel tubuh seseorang yang terinfeksi untuk replikasi. HIV mengikatkan diri pada sel (seperti kunci dan anak kunci). Setelah HIV masuk ke dalam sel maka virus melakukan replikasi terus menerus, kemudian miliaran virus dibuat.

Pengertian HIV/AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Sydrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi ditularkan dari satu ke orang lainnya; “Immune” adalah daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; ”Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS.

Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup. Banyak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap “seperti sehat” tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit untuk waktu panjang dan tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi. Meski demikian, mereka telah dapat menulari orang lain.

Secara umum fase perjalanan alamiah infeksi HIV sebagai berikut:
1. Tahap Serokonversi (Infeksi Awal)

Infeksi dimulai dengan masuknya dan diikuti perubahan antibodi terhadap virus dari negatif berubah menjadi positif.

2. Tahap Asimtomatik (0 – 5 tahun setelah terinfeksi)

Seseorang tanpa gejala suatu penyakit, namun cairan tubuh dari orang yang sudah terinfeksi HIV memasuki tahap ini, walaupun secara fisik tampak sehat, sudah dapat menularkan virus HIV.

3. Tahap Simtomatik (5 – 7 tahun setelah terinfeksi)

Muncul gejala minor : Hilang selera makan, tubuh lemah, keringat berlebihan di malam hari, pembengkakan kelenjar getah bening, diare terus menerus, flu tidak sembuh-sembuh.

4. Tahap AIDS (7 tahun setelah terinfeksi atau Lebih)

Kekebalan tubuh sudah sangat sedikit dan muncul infeksi oportunistik: TB, radang paru, gangguan syaraf, Kaposi Sarkoma (kanker kulit), dll. Masa ini akan berlangsung selama rata-rata 1,3 tahun, kemudian meninggal.

HIV berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh. Sebagian besar orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun terakhir setelah AIDS muncul bila tidak diberi pengobatan dan perawatan secara memadai.

Pencegahan infeksi HIV

HIV TIDAK DITULARKAN dari orang ke orang melalui bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau berciuman. Tidak ada data bahwa HIV dapat ditularkan melalui penggunaan toilet, kolam renang, penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau gigitan serangga seperti nyamuk.
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual menggunakan konsep ABCD yaitu:

tidak melakukan hubungan seksual

kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti)

Kondom harus dipakai oleh pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV

terutama Napza suntik dengan jarum bekas secara bergantian.

  1. (Abstinence): Absen seks
  2. (Be faithful): Bersikap saling setia
  3. (Condom): Cegah dengan kondom
  4. (no Drug): Dilarang menggunakan Napza

Mitos dan fakta HIV /AIDS

Berikut ini adalah 9 mitos paling sering ditemukan seputar penyakit HIV/AIDS:

1. Mengidap HIV berarti menderita AIDS. Banyak orang menganggap terinfeksi HIV berarti menderita AIDS. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menghancurkan sel-sel kekebalan tubuh yang berperan membantu melawan penyakit. Dengan pengobatan yang tepat, orang yang terinfeksi HIV dapat hidup selama bertahun-tahun, tetapi tidak berkembang menjadi AIDS. Untuk bisa sampai ke tahap AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), orang yang terinfeksi HIV ditandai dengan adanya infeksi oportunistik

2. HIV dapat menular melalui kontak biasa Faktanya, seseorang tidak akan tertular atau menyebarkan HIV hanya dengan memeluk orang lain, memakai handuk, atau memakai alat makan yang sama. HIV dapat menyebar melalui perilaku seks tidak aman, memakai jarum suntik bersama-sama, atau membuat tato pada tubuh dengan alat yang tidak steril

3. Pengidap HIV berumur pendek. Setiap pengidap HIV akan mengalami hal yang berbeda-beda. Beberapa pasien mungkin akan sampai pada tahap AIDS hanya dalam beberapa bulan saja karena virus HIV dengan cepat melemahkan sistem kekebalan tubuhnya. Namun, ada pula pasien yang bisa bertahan selama bertahun-tahun walau tubuhnya terinfeksi HIV.

4. Anda tahu positif HIV karena merasakan gejalanya. Faktanya, beberapa pasien tidak menunjukkan gejala apa pun setelah selama bertahun-tahun terinfeksi HIV. Namun, sebagian lagi mengalami gejala hanya dalam kurun waktu 10 hari hingga beberapa pekan setelah terinfeksi. Gejala yang muncul pertama kali mirip dengan flu disertai demam, kelelahan, ruam, dan sakit tenggorokan. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang setelah beberapa minggu dan mungkin tidak akan mengalami lagi gejala itu selama beberapa tahun. Satu-satunya cara memastikan terinfeksi HIV adalah menjalani tes.

5. HIV dapat disembuhkan. Faktanya, hingga saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan HIV. Pengobatan hanya sebatas untuk menjaga agar kadar virus tetap rendah dan membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh.

6. HIV hanya menginfeksi kelompok berisiko Faktanya, HIV dapat menginfeksi siapa saja. Pria, wanita, anak-anak, baik yang heteroseksual maupun homoseksual.

7. Seks menjadi aman untuk sesama pengidap HIV. Faktanya, ketika pasangan yang sama-sama terinfeksi HIV melakukan hubungan seks, bukan berarti tidak perlu lagi memerhatikan faktor keamanan saat berhubungan intim. Menggunakan kondom dapat membantu melindungi diri dari penyakit menular seksual lainnya, selain juga mencegah penularan strain virus HIV yang lain, yang mungkin telah resisten terhadap obat anti-HIV. Meskipun seseorang sedang menjalani pengobatan atau merasa sehat, dirinya tetap berisiko terinfeksi.

8. Bayi dari ibu yang terinfeksi sudah pasti positif HIV. Faktanya, ibu yang terinfeksi bisa menularkan HIV kepada bayi yang dilahirkannya ketika proses kehamilan ataupun persalinan. Tetapi, risiko ini dapat ditekan dengan cara bimbingan dokter dan mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Wanita hamil yang mengidap HIV dapat menjalani pengobatan untuk mengendalikan infeksi dan melindungi sang bayi dalam rahim dari risiko tertular virus HIV.

9. Infeksi lain terkait dengan HIV tidak dapat dicegah. Faktanya, karena melemahnya sistem kekebalan tubuh, mereka yang terinfeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap beragam jenis infeksi, cara terbaik untuk menekan risiko adalah menjalani pengobatan HIV dengan disiplin. Sejumlah infeksi dapat dicegah dengan obat-obat tertentu dan dalam pengawasan Tim HIV/AIDS.